Memahami Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Murid


Foto : Mahasiswa Unilak S2 Pedagogi dan Pengajar Praktek Guru Penggerak A.10 Kampar-Riau

XIII Koto Kampar, 07 Juni 2024

Kurikulum Merdeka.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengeluarkan kebijakan Merdeka Belajar Episode 15 tentang Kurikulum Merdeka. Peluncuran Kurikulum Merdeka merupakan upaya pemerintah untuk memulihkan learning loss akibat penyebaran covid-19. Implikasi dari kebijakan kurikulum merdeka adalah dorongan kepada guru untuk menerapan pembelajaran paradingma baru dengan cara melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha untuk  menyesuaikan proses pembelajaran di kelas  untuk memenuhi kebutuhan belajar  individu setiap peserta didik. Guru secara proaktif merencanakan berbagai pendekatan terhadap apa yang perlu dipelajari siswa, bagaimana mereka akan mempelajarinya, dan/atau bagaimana mereka akan menunjukkan apa yang telah mereka siswai untuk meningkatkan kemungkinan bahwa setiap siswa akan belajar sebanyak mungkin, dan seefisien mungkin.

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi memberikan manfaat yang cukup besar. Adapun manfaat pembelajaran berdiferensiasi adalah mampu memaksimalkan potensi yang ada pada setiap siswa dan membuat siswa semakin giat dalam pembelajaran.  

Masih banyak guru yang belum memahami dengan baik tentang apa dan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi. Bahkan di kalangan guru, terdapat miskonsepsi tentang pembelajaran berdiferensiasi. Sehubungan dengan hal tersbut, penulis merasa tergerak untuk turut berbagi pemahaman tentang miskonsepsi dan strategi penerapan pembelajaran berdiferensiasi agar tujuan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat mempercepat pencapaian target peningkatan mutu hasil belajar siswa.
Mungkin sebelumnya kita telah belajar tentang bagaimana kita bisa memetakan kebutuhan belajar murid yang kita lihat lewat 3 aspek yaitu kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Kebutuhan belajar murid ini harus selalu menjadi dasar bagi praktek diferensiasi yang kita lakukan sekarang ini. Nah, sekarang kita akan membahas mengenai apa saja strategi diferensiasi yang bisa kita lakukan berdasarkan tiga pemetaan kebutuhan tadi. Setelah kita mengidentifikasi kebutuhan belajar murid kita maka kita kemudian dapat menentukan apa strategi diferensiasi yang ingin kita lakukan. Diferensiasi sendiri dapat kita lakukan dengan beberapa strategi, namun kali ini kita hanya fokus pada tiga strategi, yaitu yang pertama adalah diferensiasi konten, yang kedua adalah diferensiasi proses, dan yang ketiga adalah diferensiasi produk.

Sekarang mari kita bahas diferensiasi konten bagi para tenaga pendidik, pengertian diferensiasi konten tentu sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Diferensiasi konten adalah salah satu bentuk pembelajaran diferensiasi sebagai bentuk implementasi Merdeka Belajar. Pastinya, pembelajaran diferensiasi sangat erat kaitannya dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran berdiferensiasi adalah salah satu peran guru penggerak untuk menciptakan proses belajar yang berorientasi pada kemerdekaan pemikiran dan potensi siswa.

Apa itu Diferensiasi Konten? Ini Pengertian dan Contohnya.
Mengutip buku Resonansi Pemikiran ke-19 oleh Priyono, dkk (Muhammadiyah University Press), diferensiasi konten adalah strategi yang membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten.

Diferensiasi konten adalah metode pembelajaran dengan cara memberikan materi kepada siswa berdasarkan ketrampilan, profil belajar, dan pengetahuannya, tetapi tetap sejalan dengan kurikulum yang berlaku.
Gambar : kegiatan Diferensiasi Konten di kelas
Dalam hal ini, guru perlu mengatur jenis informasi yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Guru juga dapat memetakan kesiapan belajar para siswa. Tidak hanya itu, pertimbangan lainnya dalam diferensiasi konten yaitu dengan memetakan minat para siswa terhadap materi pembelajaran tertentu. 

Adapun contoh diferensiasi konten berdasarkan profil belajar siswa adalah guru perlu memahami gaya belajar siswa yang cenderung menggunakan media pembelajaran visual, audio, atau audio visual.

Contoh Diferensiasi Konten yang saya terapkan!

Jika fokus pembelajaran terletak pada diferensiasi konten, maka siswa memiliki kebebasan dalam menentukan sumber belajar yang ada di sekitarnya. Adapun contoh diferensiasi konten yakni sebagai berikut.
• Menggunakan berbagai jenis bahan bacaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
• Menghadir bahan ajar pada vidio/CD.
• Menggunakan daftar kosakata untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa.
• Mempresentasikan ide melalui sarana audio visual.
• Mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang pola berpikir
• Meminta siswa untuk mengambil nilai historis dari film pendek bertema makhluk hidup.

Strategi pembelajaran diferensiasi konten dapat diterapkan untuk mengeksplor wawasan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari di sekolah. Dengan demikian, ketrampilan dan pengetahuan siswa bisa lebih meningkat.

Diferensiasi konten juga bisa dilakukan berdasarkan minat murid misalnya saat belajar tentang teks narasi guru dapat menyediakan murid-muridnya berbagai teks dengan topik tentang hal-hal yang disukai murid sementara itu diferensiasi konten berdasarkan profil belajar dapat kita lakukan misalnya dengan memastikan bahwa murid kita dapat mengakses materi ajar tersebut sesuai dengan gaya belajarnya. Sebagai contoh murid yang memiliki gaya belajar visual mungkin akan belajar dengan lebih baik jika materinya diberikan dalam bentuk gambar sementara untuk mereka yang auditori materinya dapat diberikan dalam bentuk audio.

Diferensiasi proses
Strategi diferensiasi ke-2 yang bisa kita lakukan adalah diferensiasi proses. Yang dimaksud diferensiasi proses di sini mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa informasi atau materi yang dipelajari saat kita telah memetakan kebutuhan belajar murid yang kemudian harus kita pikirkan adalah bagaimana kebutuhan tersebut bisa dipenuhi, caranya seperti apa, proses seperti apa yang perlu disiapkan agar kita mengetahui bahwa setiap murid belajar, apakah murid-murid kita akan bekerja mandiri atau dalam kelompok. Kita perlu juga berpikir tentang seberapa banyak jumlah bantuan yang kita berikan kepada murid-murid kita, siapa saja yang memerlukan banyak bantuan, siapa yang cukup kita berikan bantuan dalam bentuk pertanyaan pemandu dan mereka kemudian bisa bekerja dengan mandiri. Nah semua hal tersebut harus dipertimbangkan sebagai bagian dari skenario pembelajaran yang kita rancang.
Ada banyak cara kita dapat melakukan diferensiasi proses misalnya yang pertama, kita dapat menggunakan kegiatan berjenjang dimana semua murid bekerja membangun pemahaman dan keterampilan yang sama tetapi dilakukan dengan berbagai tingkat dukungan, tantangan atau kompleksitas yang berbeda-beda. Kedua, kita dapat menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat. Sudut-sudut minat  yang kita siapkan di kelas ini akan mendorong murid untuk mengeksplorasi berbagai sub materi yang terkait dengan topik yang sedang dipelajari yang menarik minat mereka misalnya saat mempelajari jenis-jenis karangan kita bisa minta murid membuat karangan yang terkait dengan minat mereka. Jika mereka memiliki minat dalam bidang olahraga mereka boleh duduk di sudut olahraga di mana di sana mereka akan diberikan berbagai pertanyaan yang terkait dengan olahraga. Beberapa pertanyaan pemandu kemudian dapat kita berikan sesuai dengan level kemampuan mereka. Yang ketiga, membuat agenda individual untuk murid misalnya guru dapat membuat daftar tugas yang berisi pekerjaan umum untuk seluruh kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka mereka dapat melihat agenda individual dan mengerjakan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka.  Keempat,  memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas untuk memberikan dukungan tambahan bagi murid-murid yang kesulitan atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam contoh selanjutnya misalnya mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Contoh selanjutnya menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat.

Diferensiasi produk ?
Diferensiasi produk. Ketika kita bicara tentang diferensiasi produk maka kita akan memikirkan tentang tagihan apa yang kita harapkan dari murid. Produk ini adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan oleh murid kepada kita. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya. Bisa berbentuk karangan atau tulisan atau hasil tes atau pertunjukan atau presentasi atau pidato, rekaman, diagram dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kita dapat melakukan diferensiasi produk dengan berbagai cara namun sama seperti jenis-jenis diferensiasi yang lainnya maka kembali lagi kita perlu mempertimbangkan kebutuhan belajar murid kita terlebih dahulu. sebelum menentukan penugasan produksi ini. Penugasan produk harus membantu murid baik secara individu atau dalam kelompok memikirkan kembali menggunakan dan memperluas apa yang telah mereka pelajari selama periode waktu tertentu, satu unit, satu semester atau bahkan 1 tahun. Produk penting, bukan hanya karena mereka mewakili pemahaman dan aplikasi dalam bentuk yang luas tetapi juga karena mereka adalah elemen kurikulum yang paling langsung dapat dimiliki oleh murid. Pada dasarnya pendiferensiasi produk meliputi dua hal. Yang pertama adalah memberikan tantangan dan keragaman atau variasi. Yang kedua memberikan murid pilihan bagian mana mereka dapat mengakseskan pembelajaran yang diinginkan.

Sangat penting bagi guru untuk menentukan apa sebenarnya ekspektasi yang diharapkan dari murid? Kualitas pekerjaan seperti apa yang diinginkan? Konten apa yang harus ada dalam produk mereka? Bagaimana mereka harus mengerjakannya? Dan apa sifat dari produk akhir yang diharapkan tersebut? Walaupun murid dapat memberikan informasi tambahan atau membantu guru memodifikasi prasyarat dari produk yang harus dihasilkan murid agar dapat sesuai dengan kesiapan, minat dan kebutuhan belajar individu namun guru harus mengetahui dan mengkomunikasikan indikator kualitas yang diharapkan dari produk tersebut.

Demikianlah penjelasan tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi. kami berharap pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini di dalam kelas. 

Penulis : Khairul Amri, S.Pd

0 Komentar

© Copyright 2022 - Kamparsatu.com - Fakta dan Berita Akurat