Optimasi Pemanfaatan Biogas Dari Limbah Cair Kelapa Sawit Sebagai Pengganti Gas Tabung LPG

 Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) atau Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan salah satu jenis limbah organik agroindustri berupa air, minyak dan padatan organik yang berasal dari hasil samping proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO). Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit ini cukup besar, berkisar antara 600 - 700 liter/ton tandan buah segar (TBS). 

Limbah cair kelapa sawit (POME) ini dapat dimanfaatkan menjadi tenaga listrik melalui proses anaerob digestion dengan teknologi covered lagoon atau Continuos Stirred Tank Reactor (CSTR).  POME dari produksi CPO dapat dimanfaatkan menjadi biogas dan listrik. Palm Oil Mill Effluent (POME) dapat diolah menjadi energi dan dimanfaatkan untuk memasok listrik. Limbah cair sawit memiliki kandungan organik yang dapat difermentasikan dengan bakteri untuk menghasilkan biogas yang mengandung gas methane.

Beberapa perusahaan kelapa sawit (PKS) di Indonesia mulai memanfaatkan limbah cair kelapa sawit (POME) berupa biogas sebagai sumber daya untuk kebutuhan listrik di perusahaan. Namun biogas yang dihasilkan sering terbuang sia-sia karena kebutuhan listrik di perusahaan telah tercukupi. Oleh karena itu, perlu adanya optimasi pemanfaatan biogas agar kelebihan biogas tidak terbuang sia-sia. 

Ada beberapa alternatif yang dapat dimanfaatkan agar Biogas tersebut tidak terbuang sia-sia yaitu dapat digunakan sebagai pengganti gas tabung LPG atau kayu bakar dalam aktivitas memasak di rumah tangga. Secara geografis, lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia berada di daerah terpencil sehingga ada kemungkinan kendala pada distribusi gas LPG bagi penduduk yang tinggal disekitarnya. 

Beberapa daerah lain juga masih ditemukan menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak. Bahan bakar ini biasanya menjadi alternatif pada daerah yang tidak terjangkau gas LPG. Waktu pengumpulan kayu sendiri dapat memakan waktu yang lama, sekitar 3 sampai 4 jam. Selain itu, pembakaran kayu di dapur akan memicu peningkatan risiko kerusakan sistem pernafasan manusia. 

Adanya pemanfaatan biogas yang disalurkan ke rumah tangga, diharapkan dapat mengatasi kebutuhan daerah akan gas yang tidak terjangkau distributor gas LPG ataupun sebagai pengganti bahan bakar kayu.

Dengan adanya optimasi pemanfaatan biogas dari limbah sawit, industri sawit Indonesia dapat meningkatkan kontribusinya dalam meningkatkan porsi bioenergi dalam target bauran energi terbarukan tahun 2030, yaitu 23%. Selain alternatif tersebut di atas, kajian lebih lanjut diperlukan terutama peninjauan terhadap pilar-pilar keberlanjutan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini bertujuan agar pemanfaatan biogas sawit dapat digunakan secara terus menerus dan tidak berhenti di tengah jalan karena salah satu pilar tersebut tidak terpenuhi.


Penulis : Niken Ellani Patitis, S.P., M.T
( Dosen Teknik Pengolahan Kelapa Sawit Politeknik Kampar, Riau )

0 Komentar

© Copyright 2022 - Kamparsatu.com - Fakta dan Berita Akurat